MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL
RETARDASI
MENTAL & GIFTED
Disusun
Oleh :
Sistria Rika Astuti (A1E116095)
Dosen
Pembimbing :
Fadzul,
S.Psi, M.Psi
Marlita
Andhika Rahman, S.Psi
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
TAHUN
AJARAN 2016/2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesikan makalah
yang berjudul “RETARDASI MENTAL & GIFTED” dapat terselesaikan tapat
pada waktunya.
Makalah ini disusun
sebagai tugas mata kuliah Psikologi Abnormal. Penyusun berusaha menyusun
makalah ini dengan segala keampuan, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan.
Olah karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan penyusun terima
dengan senang hati demi perbaikan
makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa
memberika informasi dan menambah wawasan mengenai Retardasi Mental & Gifted.
Atas perhatian dan kesempatannya penyusun ucapkan terima kasih.
Jambi, April 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ..................................................................................................... 2
Daftar
Isi............................................................................................................... 3
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................4
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................ 4
1.3
Tujuan.............................................................................................................. 4
BAB
II PEMBAHASAN
2.1.Retardasi
Mental
2.1.1.
Pengertian Retardasi Mental........................................................... 5
2.1.2.
Contoh Kasus Anak Reterdasi Mental di Lingkungan Sekolah...... 6
2.1.3.
Solusi atau
Cara Penanganan Untuk Anak Retardasi Mental......... 7
3.2.Gifted
3.2.1.
Pengertian Gifted ........................................................................... 7
3.2.2.
Contoh Kasus Anak Gifted di Lingkungan Sekolah...................... 8
3.2.3.
Solusi atau
Cara Penanganan Untuk Menghadapi Anak Gifted..... 9
BAB
III PENUTUP
4.1.
Kesimpulan................................................................................................... 10
4.2.
Saran............................................................................................................. 10
DAFTAR
PUTAKA........................................................................................... 11
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya. Anak-anak yang
tergolong memiliki ketidakmampuan dan gangguan adalah sebagai berikut: gangguan
organ indra, gangguan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa,
gangguan belajar, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD),
gangguan emosional dan perilaku.
Retardasi
mental adalah sebuah kondisi di mana kemampuan intelektual seseorang di bawah
rata-rata (IQ di bawah 70) dan terdapat gangguan dalam perilaku adaptif 1.
Perilaku adaptif merupakan kemampuan seseorang dalam membina hubungan sosial
dan menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari. Dalam beberapa kasus,
penyandang retardasi mental biasanya memiliki gangguan lainnya, seperti
misalnya down syndrome, fragile-x syndrome, dsb.
Sedangkan anak cerdas istimewa dan berbakat
istimewa atau yang sering disebut gifted. Istilah mengenai gifted
atau berbakat ini memang sudah sering kita dengar, hanya saja klasifikasi atau
kategori dari seorang anak yang dapat dikatakan sebagai anak gifted ini
yang perlu kita cermati lebih mendalam.
Di tataran publik istilah gifted pertama
kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada tahun 1869. Gifted dalam
pengertian yang diperkenalkan oleh Galton pada masa itu merujuk pada suatu
bakat istimewa yang tidak lazim dimiliki oleh manusia biasa yang ditunjukkan
oleh seorang individu dewasa. Titik tekan konsepsi keberbakatan istimewa
menurut Galton ada pada berbagai bidang.
Menurut Galton keberbakatan istimewa ini adalah
sesuatu yang sifatnya diwariskan. Artinya keberbakatan istimewa adalah sesuatu
potensi yang menurun (genetically herediter). Anak-anak yang menunjukkan
suatu bentuk bakat yang istimewa ini kemudian lazim disebut sebagai gifted
children.
1.2.Rumusan Masalah
1.
Apa itu Retardasi Mental ?
2.
Jelaskan contoh kasus anak retardasi mental di sekolah
?
3.
Bagaimana solusi atau cara penangan untuk menghadapi
anak retardasi mental ?
4.
Apa itu Gifted ?
5.
Jelaskan contoh kasus anak gifted (cerdas berbakat) di
sekolah ?
6.
Bagaimana solusi atau cara penangan untuk menghadapi
anak gifted ?
1.3.Tujuan
1.
Mengetahui apa itu Retardasi Mental
2.
Mengetahui anak Retardasi mental di sekolah
3.
Mengetahui solusi menghadapi anak retardasi mental
4.
Mengetahui apa itu gifted
5.
Mengetahui anak yang cerdas berbakat (gifted) di
sekolah
6.
Mengetahui solusi menghadapi anak cerdas berbakat
(gifted)
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Retardasi Mental
2.1.1. Pengertian Retardasi Mental
Keterbelakangan Mental atau lazim disebut Retardasi Mental (RM)
adalah suatu keadaan dimana keadaan dengan Intelegensia yang kurang (subnormal)
sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak).
Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi
gejala utama ialah Intelegensi yang terbelakang. Retardasi Mental disebut juga
Oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau Tuna
Mental. Keadaan tersebut ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada
dibawah rata-rata dan disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan
diri atau berprilaku adaptif.
Retardasi Mental sebenarnya bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental
merupakan hasil dari proses Patologik di dalam otak yang memberikan gambaran
keterbatasan terhadap Intelektualitas dan fungsi Adaptif. Retardasi Mental ini
dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa maupun gangguan fisik lainnya.
Pada kenyataannya IQ (Intelligence Quotient) bukanlah merupakan
satu-satunya patokan yang dapat dipakai untuk menentukan berat ringannya
Retardasi Mental. Melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar
keterampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat kecerdasan harus
berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan Klinis, Prilaku
Adaptif dan hasil Tes Psikometrik. Untuk diagnosis, yang pasti harus ada
penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi
terhadap tuntutan dari lingkungan sosial biasa sehari-hari. Pada pemeriksaan
fisik pasien dengan Retardasi Mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan
bentuk fisik. Wajah pasien dengan Retardasi
Mental sangat mudah dikenali seperti Hipertelorisme, lidah yang menjulur
keluar, gangguan pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah tampak tumpul. Tingkatan retardasi
mental mulai dari taraf yang Ringan,
Taraf Sedang, Taraf Berat, dan Taraf Sangat Berat. Tingkatannya mulai dari
taraf yang Ringan, Taraf Sedang, Taraf Berat, dan Taraf Sangat Berat. Retardasi
mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan.
Jika dilihat dari hasil tes IQ, penyandang retardasi mental dapat dibagi
menjadi kategori sebagai berikut:
1.
Retardasi Mental Ringan : (IQ sekitar 50-55 sampai 70)
2.
Retardasi Mental Sedang : (IQ sekitar 35-40 sampai 50-55)
3.
Retardasi Mental Berat : (IQ sekitar
20-25 sampai 35-40)
4.
Retardasi Mental Sangat Berat : (IQ dibawah 20 atau 25)
2.1.2. Contoh Kasus
Anak Reterdasi Mental di Lingkungan Sekolah
Aji seorang anak
berusia 12 tahun yang seharusnya ia sudah kelas enam SD bersama teman-teman
sebayanya, tetapi karena kemampuan intelektualnya rendah ia masih saja duduk di
kelas empat SD. Menurut gurunya, ia agak lambat dalam mengikuti pelajaran di
sekolahnya. Oleh karena itu, Aji dari kelas satu sampai kelas tiga SD untuk
masing-masing tingkat ditempuh dua tahun. Keadaan ini membuat orang tua Aji
memindahkan sekolah umum ke sekolah luar biasa.
Contoh di atas
merupakan gambaran penting dalam retardasi mental yaitu fungsi intelektual
umumnya berada di bawah rata-rata. Diperjelas oleh Munzert (2002) bahwa
intelegensi anak yang mempunyai IQ sedang antara 95-100, sedangkan penderita
retardasi mental IQ di bawah 50.
Ditambahkan oleh Lombanotobing (2001) bahwa retardasi mental merupakan ganguan
perkembangan fungsi penyesuaian yang melibatkan kecakapan dalam komunikasi,
merawat diri, tinggal di rumah, kecakapan sosial-interpersonal, bekerja,
berekreasi, kesehatan, dan keselamatan.
2.1.3. Solusi atau
Cara Penanganan Untuk Menghadapi Anak Retardasi Mental
Penanganan anak dengan retardasi mental memerlukan
integrasi multidisiplin untuk membantu anak-anak ini :
- Remedial Teaching
Perlu pengulangan secara terus menerus di berbagai
situasi dan kesempatan untuk membantu mereka memahami hal-hal yang baru dipelajari.
- Pelayanan Pendidikan
Pendidikan merupakan aspek yang paling penting
berkaitan dengan treatment pada anak penderita retardasi mental.
Pencapaian hasil yang “baik” bergantung pada interaksi antara guru dan murid.
Program pendidikan harus berkaitan dengan kebutuhan anak dan mengacu pada
kelemahan dan kelebihan anak. Target
pendidikan tidak hanya berkaitan dengan bidang akademik saja. Secara
umum, anak penderita retardasi mental membutuhkan bantuan dalam memperoleh pendidikan dan keterampilan untuk mandiri.
- Kebutuhan-kebutuhan Kesenangan dan Rekreasi
Idealnya, anak penderita retardasi mental dapat
berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan rekreasi. Ketika anak tidak ikut
dalam aktivitas bermain, pada saat remaja akan kesulitan untuk dapat berinteraksi
sosial dengan tepat dan tidak kompetitif dalam aktivitas olahraga. Partisipasi
dalam olahraga memiliki beberapa keuntungan, yaitu pengaturan berat badan,
perkembangan koordinasi fisik, pemeliharaan kesehatan kardiovaskular, dan
peningkatan self-image (gambaran diri).
- Kontrol Gangguan Tingkah laku
Gangguan tingkah laku dapat dihasilkan dari
ekspektasi/harapan orang tua yang tidak tepat, masalah organik, dan atau
kesulitan keluarga. Kemungkinan lain, gangguan tingkah laku dapat muncul
sebagai usaha anak untuk memperoleh perhatian atau untuk menghindari frustrasi.
Dalam mengukur tingkah laku, kita harus mempertimbangkan apakah tingkah lakunya
tidak sesuai dengan usia mental anak, daripada dengan usia kronologisnya. Pada
beberapa anak, mereka memerlukan teknik manajemen tingkah laku dan atau
penggunaan obat.
- Mengatasi Gangguan
Jika terdapat gangguan lain- Cerebral palsy;
gangguan visual & pendengaran; gangguan epilepsi; gangguan bicara dan
gangguan lain dalam bahasa, tingkahlaku dan persepsi- maka yang harus dilakukan
untuk mencapai hasil yang optimal adalah diperlukan terapi fisik terus menerus,
terapi okupasi, terapi bicara-bahasa, perlengkapan adaptif seperti kaca mata,
alat bantu dengar, obat anti epilepsi dan lain sebagainya. Perlu diagnosa yang tepat untuk menetapkan
gangguan, diluar hanya masalah taraf intelegensi.
- Konseling Keluarga
Banyak keluarga yang dapat beradaptasi dengan baik
ketika memiliki anak yang menderita retardasi mental, tetapi ada pula yang
tidak. Diantaranya karena faktor-faktor yang berkaitan dengan kemampuan
keluarga dalam menghadapi masalah perkawinan, usia orang tua, self-esteem (harga
diri) orang tua, banyaknya saudara kandung, status sosial ekonomi, tingkat
kesulitan, harapan orang tua & penerimaan diagnosis, dukungan dari anggota
keluarga dan tersedianya program-program dan pelayanan masyarakat.
Salah satu bagian yang tidak kalah pentingnya adalah
pendidikan bagi keluarga penderita retardasi mental, agar keluarga dapat tetap
menjaga rasa percaya diri dan mempunyai harapan-harapan yang realistik tentang
penderita. Perlu penerimaan orang tua
mengenai taraf kemampuan yang dapat dicapai anak. Orang tua disarankan
untuk menjalani konsultasi dengan tujuan mengatasi rasa bersalah, perasaan
tidak berdaya, penyangkalan dan perasaan marah terhadap anak. Selain itu orang
tua dapat berbagi informasi mengenai penyebab, pengobatan dan perawatan
penderita baik dengan ahli maupun dengan orang tua lain.
- Evaluasi Secara Berkala
Walaupun retardasi mental
adalah suatu gangguan statis, kebutuhan-kebutuhan anak dan keluarga berubah
setiap waktu. Seiring
perkembangan anak, informasi tambahan harus diberikan kepada orang tua, dan
tujuan harus ditetapkan kembali, serta program perlu diatur.
3.2. Gifted
3.2.1. Pengertian Gifted
Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted)
adalah anak yang secara significant memiliki mempunyai IQ 140 atau lebih,
potensi diatas rata-rata dalam bidang kemampuan umum, akademik khusus,
kreativitas, kepemimpinan, seni dan/atau olahraga. Anak berkebutuhan khusus atau gifted (Heward) adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli, anak berbakat (gifted) memiliki
pengertian, "Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat
dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya
di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan
kreativitas yang tinggi. Anak berbakat (gifted) ialah anak yang memiliki
kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan
dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga
sifat itu di masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan
pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swssing,
1985).
Pengertian lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak yang mempunyai
potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal. Para ahli
dalam bidang anak-anak gifted memiliki pandangan sama ialah keunggulan lebih
bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak dilahirkan.
Keunggulan lain yang telah disepakati oleh para ahli ialah anak-anak gifted
mempunyai superioritas dalam bidang akademik. Kiranya hal itu tidak sulit untuk
dimengerti, sebab salah satu syarat penting untuk meraih prestasi akademik
tertentu ialah persyaratan intelegensi.
Kepribadian memang merupakan salah satu sumbangan yang dapat diberikan oleh
anak atau orang-orang gifted. Dengan dasar kepribadian yang baik maka akan
dilahirkan pula karya-karya yang baik pula, sehingga maslahat (manfaat) yang
diberikan menjadi lebih besar dibandingkan mudharatnya. Seperti kita ketahui
bahwa sebuah karya yang besar tentu saja akan memberikan pengaruh yang besar
pula kepada hidup dan kehidupan manusia.
Penggunaan istilah potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berkait erat
dengan latar belakang teoritis yang digunakan. Potensi kecerdasan berhubungan
dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada
kemampuan intelektual. Proses mengidentifikasi anak cerdas istimewa dilakukan
dengan menggunakan pendekatan multi dimensional. Artinya kriteria yang
digunakan lebih dari satu (bukan sekedar intelegensi). Batasan yang digunakan
adalah anak yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas ditetapkan
skor IQ 130 ke atas dengan pengukuran menggunakan skala wechsler.
3.2.2. Contoh Kasus Anak Gifted di Lingkungan Sekolah
Ike memiliki minat yang sangat bagus
sekali. Dilihat dari nilai sehari – harinya dan nilai rapornya dari beberapa
semester, didapatkan informasi bahwa Ike sewaktu kelas 1 selalu mendapat
ranking 1 di semester 1 dan semester 2. Namun sayang, pada semester 1 kelas 2,
prestasi Ike menurun menjadi peringkat 3 di kelas.
Ike adalah siswa yang aktif di
organisasi. Organisasi yang digelutinya yaitu organisasi Pramuka. Sejak SMP Ike
mengaku bahwa ia telah mengikuti organisasi ini sebelumnya. Banyak prestasi
yang telah diraihnya, sehingga sulit untuk dirincikan satu persatu sebutnya.
Selain itu, diperoleh data bahwa Ike
memiliki kemampuan akademik yang sangat baik juga. Seperti yang disebutkan
sebelumnya, Ike ini meraih peringkat pertama selalu di kelas, hal ini yang
menjadi bukti bahwa Ike ini memiliki kemampuan yang tinggi dalam akademik.
Ike memiliki cita – cita sebagai
dosen. Awalnya, Ike sangat ingin masuk “Jurusan Matematika”. Ike sangat suka
membahas dan menyelesaikan soal – soal matematika. Bahkan yang sulit sekalipun,
Ike tetap mencintai matematika. Ia selalu memiliki minat yang sangat tinggi
untuk menaklukkan soal yang sulit sekalipun. Sehingga Ike selalu memegang suatu
motto yaitu “Jangan sebut Ike, kalau Ike tidak bisa takklukan”. Ike ini
memiliki sifat optimisme yang sangat tinggi. Usaha – usahanya, prestasi yang
diraihnya, cara ia menaklukkan setiap tantangan didepannya dari situ sudah
terlihat jelas kalau Ike ini adalah yang anak yang begitu berbakat baik di
bidang akademik maupun non-akademik.
Dari contoh diatas, dapat dilihat
bahwa Ike ini sebenarnya memiliki bakat non-kemahiran dan kemahiran, dimana
dari segi bakat non-kemahiran Ike memiliki bakat khusus di dalam mata pelajaran
matematika, sementara untuk bakat kemahiran adalah Ike memiliki bakat dibidang
aktif organisasi.
3.2.3. Solusi atau Cara Penanganan Untuk Menghadapi Anak Gifted
Penangan untuk anak Gifted yaitu dengan mengarahkannya pada satu hal yang
disukainya, mereka cenderung menjadi ahli pada bidang-bidanng tertentu.
Sementara bagi orangtua, anak berbakat tetap harus dibimbing dan diasuh sebagai
anak lainnya, yakni dicukupi kebutuhan-kebutuhannya baik fisik (sandang, pangan,
papan, pendidikan, kesehatan, dll) maupun psikis (kenyamanan, ketenangan, kasih
sayang dan perlindungan maupunrekreasi)secarapenuh.Tugas guru dan orangtua
adalah mengkondisikan situasi lingkungan belajar anak agar mampu mendukung
tumbuh kembang keberbakatannya sesuai dengan spesifikasiyangdimiliki.
Anak-anak
cerdas berbakat sering kali melakukan hal-hal aneh yang tidak biasa dilakukan
oleh anak-anak secara umum sering kali mereka bertindak sangat menjengkelkan
terutama pada saat proses belajar berlangsung di kelas-kelas, maupun dalam
tingkah laku keseharian. Cara menghadapi masalah pada situasi ini adalah
keterlibatan seluruh aspek psikologis dan biologis setiap anak berbakat pada
saat mereka berhadapan dengan masalah tersebut. Mereka akan memilih metode,
pendekatan dan alat yang strategis sehingga diperoleh pemecahan masalah yang
efisien dan efektif. Langkah awal dapat dilihat bahwa setiap anak berbakat
mempunyai keinginan yang kuat untuk mengetahui banyak hal kemudian mereka akan melakukan ekspedisi dan
eksplorasi terhadap pengukuran saja. Setelah berpikir dengan baik maka mereka
akan memunculkan hasil pemikiran dalam bentuk tingkahlaku.
BAB III
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Retardasi mental ialah keadaan dengan
intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau
sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara
keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi
mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa)
atau tuna mental.
Retardasi Mental sebenarnya bukan
suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses Patologik
di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap Intelektualitas
dan fungsi Adaptif. Retardasi Mental ini dapat terjadi dengan atau tanpa
gangguan jiwa maupun gangguan fisik lainnya.
Anak yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted) adalah anak yang secara significant
memiliki mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas rata-rata. Anak berbakat
atau anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah anak yang
memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreatifitas, dan tanggung jawab
terhadap tugas (task commitment) diatas anak-anak seusianya (anak normal),
sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi nyata, memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.
Jadi, sebagai orangtua harus menjaga dan mengerti atas
kebutuhan anaknya, serta tidak menjatuhkannya namun, membimbing ia agar menjadi
anak yang memiliki potensi khusus di balik kekurangannya.
Begitu pula dengan anak yang memiliki potensi kecerdasaan/cerdas berbakat,
orang tua juga tetap harus membimbing anaknya dan terus memperhatikan anaknya.
4.2.Saran :
Dengan mengucap syukur alhamdulillah pada Allah SWT penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tentunya masih jauh dari
harapan, oleh karena itu penulis masih perlu kritik dan saran yang membangun
serta bimbingan, terutama dari Dosen. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan bagi penulis, dan makalah ini
bertujuan agar :
·
Setiap manusia mengerti tentang Retardasi Mental &
Gifted
·
Agar dapat mengerti akan Reterdasi Mental & Gifted
melalui contoh kasus
·
Memahami apa saja solusi atau cara penanganan untuk
menghadapi anak Retardasi Mental & Gifted.
DAFTAR
PUSTAKA
1 Kampert, A. L., & Goreczny, A.
(2007). Community involvement and socialization among individuals with mental
retardation . Research in Developmental Disabilities , 278-286.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar