ASAS
ASAS POKOK PENDIDIKAN
PENGANTAR
PENDIDIKAN
Dosen Pembimbing :
Drs.SUPARJO
HERLAMBANG,M.Pd
FREDDI
SARMAN,S.Pd.M.Pd
Disusun Oleh:
SISTRIA RIKA ASTUTI (A1E116095)
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
TAHUN
AJARAN 2017/2018
BAB 1
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang Masalah
Kemajuan
Ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi menyebabkan arus komunikasi
menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada bidang norma kehidupan dan ekonomi, seperti tersingkirnya tenaga kerja yang kurang
berpendidikan dan kurang terampil,
terkikisnya budaya lokal karena cepatnya arus informasi dan budaya global,
serta menurunnya norma-norma masyarakat kita yang bersifat pluralistik sehingga
rawan terhadap timbulnya gejolak sosial dan disintegrasi bangsa. Hal ini
membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan hidup (Life Skill), yaitu yang
memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian dengan kompetensi tinggi pada
peserta didik sehingga selalu mampu bertahan dalam suasana yang selalu berubah,
tidak pasti dan kompetitif dalam kehidupannya.
b.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan asas Tut
Wuri Handayani?
2. Apa yang dimaksud dengan asas sepanjang hayat?
3. Apa yang dimaksud dengan asas
kemandirian dalam belajar?
4. Bagaimanakah penerapan asas
pendidikan dilihat dari keadaan yang ditemui?
5. Bagaimanakah penerapan asas
pendidikan pada permasalahan yang dihadapi?
6. Bagaimanakah pengembangan penerapan
asas-asas pendidikan?
c.
Tujuan Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pengantar
Pendidikan dan menjawab pertanyaan yang
ada pada rumusan masalah, yaitu:
1. Untuk menjelaskan asas Tut Wuri Handayani
2. Untuk menjelaskan asas sepanjang hayat
3. Untuk menjelaskan tentang kemandirian dalam belajar
4. Untuk mendeskripsikan penerapan asas
pendidikan dilihat dari keadaan yang ditemui
5. Untuk mendeskripsikan penerapan asas
pendidikan pada permasalahan yang dihadapi
6.
Untuk menjelaskan pengembangan penerapan asas-asas pendidikan
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan (Hartoto, 2008, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan). Jadi, asas pendidikan
itu lebih memfokuskan perhatian kepada cara penyelenggaraan pendidikan yang
dilandasi oleh pemikiran-pemikiran tentang bagaimana layaknya pendidikan itu
diselenggarakan.
Khusus untuk
pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan
itu. Asas–asas
tersebut bersumber dari kecenderungan umum
pendidikan di dunia dan bersumber dari pemikiran dan pengalaman
sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 117).
1. ASAS TUT WURI HANDAYANI
Asas Tut wuri Handayani merupakan asas
pendidikan Indonesia yang bersumber dari asas Pendidikan Taman Siswa yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional.
Makna Tut wuri Handayani adalah:
a. Tut wuri: Mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh perhatian berdasarkan cinta kasih dan tanpa pamrih.
b. Handayani: Mempengaruhi dalam arti merangsang, memupuk, membimbing, dan menggairahkan anak agar sang
anak mengembangkan pribadi masing-masing melalui disiplin pribadi (Arga, 2011,
dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
Asas Tut wuri Handayani yang dikumandangkan oleh Ki
Hajar tersebut mendapat tanggapan positif dari Drs. RMP Sosrokartono (filsuf
dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing
Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa. Kini ketiga semboyan tersebut
telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yaitu:
a. Ing Ngarso Sung Tulada (jika di depan
menjadi contoh)
b. Ing Madya Mangun Karsa (jika di
tengah-tengah membangkitkan kehendak, hasrat atau motivasi)
c. Tut wuri Handayani (jika di
belakang mengikuti dengan awas)
Asas Tut
Wuri Handayani ini bermakna bahwa setiap orang berhak mengatur dirinya sendiri
dengan berpedoman kepada tata tertib kehidupan yang umum. Menurut
asas ini, dalam penyelenggaraan pendidikan, seorang guru merupakan pemimpin yang berdiri di belakang dengan
bersemboyan “tut wuri handayani”, yaitu tetap mempengaruhi dengan memberi
kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri dan tidak terus-menerus
dicampuri, diperintah atau dipaksa. Guru hanya wajib menyingkirkan segala
sesuatu yang merintangi jalannya anak serta hanya bertindak aktif dan
mencampuri tingkah laku atau perbuatan anak apabila anak didik tidak dapat menghindarkan
diri dari berbagai rintangan. Dapat
dikatakan bahwa asas Tut Wuri Handayani ini merupakan cikal bakal dari
pendekatan atau cara belajar siswa aktif (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123)..
2. ASAS BELAJAR SEPANJANG HAYAT
Pada
dasarnya, manusia adalah makhluk yang tidak pernah sempurna, dia selalu berkembang mengikuti perkembangan yang terjadi di lingkungan
kehidupannya. Dewasa ini, akibat kemajuan ilmu dan teknologi yang amat pesat,
terjadi perubahan yang amat pesat dalam berbagai aspek kehidupan. Akibatnya,
apa yang dipelajari oleh seseorang pada beberapa tahun yang lalu dapat menjadi
tidak berarti atau tidak bermanfaat lagi. Hal ini disebabkan karena apa yang telah dipelajarinya sudah tidak relevan lagi dengan berbagai
masalah kehidupan yang dihadapinya. Jadi, implikasi dari kemajuan ilmu dan teknologi yang amat pesat tersebut ialah
seseorang dituntut untuk mau dan mampu belajar sepanjang hayat (Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).
Asas belajar
sepanjang hayat merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan
seumur hidup. Ini sesuai
dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang sudah tidak asing lagi ditelinga, beliau bersabda yang artinya:
”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia”. Jadi, Islam telah lama mengenal konsep belajar sepanjang ayat ini jauh sebelum orang-orang Barat mengangkatnya (Rangga, 2011, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
Pendidikan
seumur hidup adalah pendidikan yang harus:
a. Meliputi seluruh hidup setiap
individu
b. Mengarahkan kepada pembentukan,
pembaharuan, peningkatan dan penyempurnaan secara sistematis pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya
c. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan
penyadaran diri setiap individu
d. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk
belajar mandiri
e. Mengakui kontribusi dari semua
pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasik yang formal, non formal dan
informal (La Sulo, 1990: 25-26).
Dalam latar
pendidikan seumur hidup, proses belajar-mengajar di sekolah seharusnya mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yaitu:
1. Memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan efesien dan efektif
2. Meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai dasar dari
belajar sepanjang hayat
Kurikulum
yang dapat dirancang dan diimplementasikan yaitu
kurikulum yang memperhatikan dua dimensi, yaitu sebagai berikut:
1. Dimensi
vertikal dari kurikulum sekolah, meliputi
keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan
dengan kehidupan peserta didik di masa depan
2. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Perancangan dan
implementasi kurikulum yang memperhatikan kedua dimensi itu akan mengakrabkan
peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya. Kemampuan
dan kemauan menggunakan sumber belajar yang tersedia itu akan memberi peluang
terwujudnya belajar sepanjang hayat. Masyarakat yang mempunyai warga yang
belajar sepanjang hayat akan menjadi suatu masyarakat yang gemar belajar
(learning society). Dengan kata lain, akan terwujudlah gagasan pendidikan
seumur hidup seperti yang tercermin di dalam sistem pendidikan nasional
Indonesia (Umar Tirtarahardja dan La Sulo,
1994: 123).
3. KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR
Asas Tut Wuri Handayani dan asas belajar
sepanjang hayat secara langsung sangat erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas Tut Wuri Handayani didasarkan pada asumsi bahwa dalam kegiatan belajar-mengajar peserta
didik mampu untuk mandiri dalam belajar. Kemandirian dalam belajar itu dapat
dikembangkan dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap
untuk membantu apabila diperlukan. Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan
pada pendapat bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar. Oleh karena itu, tidak
mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari
bantuan guru atau pun orang lain.
Perwujudan asas
kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator, informator dan motivator. Sebagai
fasilitator, guru diharapkan dapat menyediakan dan mengatur berbagai sumber
belajar dengan sedemikian rupa, sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi
dengan sumber-sumber tersebut. Sebagai informator, guru harus menyadari bahwa
dirinya hanya merupakan bagian kecil dari sumber-sumber informasi yang ada.
Oleh karena itu, guru perlu memberikan dan bahkan merangsang peserta didik
untuk mencari informasi selain dari dirinya sendiri. Sedangkan sebagai
motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk dapat
memanfaatkan sumber belajar secara maksimal (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).
Terdapat
beberapa strategi belajar-mengajar yang dapat mengembangkan kemandirian dalam
belajar, yaitu:
a.
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
b.
Belajar dari modul, paket belajar, dan sebagainya
c.
Belajar dengan didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB) yang memadai. PSB
memberi peluang tersedianya berbagai jenis sumber belajar, di samping bahan di
perpustakaan. Dengan dukungan PSB itu asas kemandirian dalam belajar akan lebih
dimantapkan dan dikembangkan (Umar
Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).
B.
PENERAPAN AZAS PENDIDIKAN (DI SEKOLAH
DAN DI LUAR SEKOLAH) DEWASA INI
1.
KEADAAN YANG DITEMUI
Dalam kaitan
penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang
ditemui, yakni :
a. Peserta
didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan keterampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan
yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam
masyarakat.
b. Peserta
didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya
agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu
yang diinginkannya.
c. Peserta
didik yang memiliki kelainan (cacat fisik
atau mental) memperoleh kesempatan untuk
memilih pendidikan dan keterampilan sesuai
dengan cacat yang disandang agar dapat tumbuh menjadi manusia yang mandiri.
d.
Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh
pendidikan dan keterampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki
kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari
potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal (Qym, 2009,
dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
Dalam kaitan
asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui
sekarang:
a. Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan.
Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat
ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi.
b. Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan
pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas
hasil pendidikan di seluruh tanah air.
c. Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan
agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang
berkualitas melalui pendidikan.
d. Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin
meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana
pelatihan dan keterampilan, dan sarana pendidikan jasmani.
e. Pengadaan buku ajar diperuntukkan bagi berbagai program pendidikan masyarakat yang bertujuan untuk:
1. Meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup
bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar
2. Menunjang tercapainya
tujuan pendidikan manusia seutuhnya
f. Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda:
kepemimpinan dan keterampilan,
kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran
berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur.
g. Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan
dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan
berbagai macam kegiatan olahraga guna meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga.
h. Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita
dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga
sehat, sejahtera dan bahagia peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, keterampilan serta ketahanan mental.
Sesuai
dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah telah mengupayakan
usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan
cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang
menunjang (Qym, 2009,
dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
2.
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
Dalam hal penerapan asas-asas pendidikan dalam
kegiatan pembelajaran terdapat beberapa masalah yang perlu mendapat perhatian,
yakni:
a. Masalah pendekatan komunikasi oleh guru
Dewasa ini, masih
terdapat kecenderungan bahwa
peserta didik terikat oleh penggunaan komunikasi satu arah dalam kegiatan
pembelajaran dengan mengandalkan metode ceramah. Dalam komunikasi demikian,
pendidik menempatkan dirinya dalam kedudukan yang lebih tinggi dari peserta
didik. Bahkan, tidak jarang peserta
didik dijadikan objek komunikasi oleh seorang guru. Akibatnya,
arus komunikasi cenderung satu arah dan rendahnya umpan balik dari peserta didik. Komunikasi yang demikian memberikan implikasi yang negatif terhadap out put pendidikan, yakni
membuat peserta didik tidak terdorong untuk belajar mandiri, mereka lebih
bergantung kepada informasi yang diberikan pendidik (Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).
b. Masalah peranan pendidik
Sejalan dengan pendekatan komunikasi
satu arah yang cenderung digunakan pendidik, pendidik sering menempatkan dirinya sebagai orang yang paling
dominan. Tidak jarang seorang pendidik, apakah itu
orang tua, guru, atau dosen menempatkan
dirinya sebagai orang yang paling dan serba tahu dalam segala hal pada waktu
kegiatan belajar berlangsung. Padahal dalam era komunikasi canggih ini, sumber
informasi datangnya membanjir dari segala arah, tidak hanya dari sekolah atau
sejenisnya, tetapi juga bisa dari media massa seperti televisi, radio, koran,
dan bahkan dari internet. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan bahwa
orang tua, guru, atau pun dosen ketinggalan informasi dibandingkan dengan
peserta didik. Sehingga dengan demikian,
seorang pendidik harus mendorong peserta didik untuk mencari
informasi sendiri yang dikatakan sebagai upaya belajar mandiri (Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).
c. Masalah tujuan belajar
Learning to know dan learning
to do belum cukup untuk dijadikan tujuan belajar. Oleh karena kemajuan
teknologi terutama kemajuan transpotasi dan komunikasi membuat dunia semakin “sempit”, sehingga intensitas
interaksi antar manusia semakin tinggi tanpa
dibatasi oleh perbedaan suku, agama, ras, dan asal-usul. Oleh karena itu,
tujuan belajar perlu diperluas
dengan learning to life together dan learnign to be, sehingga
dengan demikian apa yang dipelajari hari ini dapat dijadikan sebagai dasar
untuk belajar lebih lanjut dalam rangka menyesuaikan diri dengan perubahan
lapangan kerja dan bahkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan (Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).
3.
PENGEMBANGAN PENERAPAN ASAS-ASAS
PENDIDIKAN
Sehubungan
dengan permasalahan yang
dihadapi dalam penerapan asas-asas pendidikan, maka perlu diadakannya upaya
pengembangan penerapan asas-asas pendidikan dengan tujuan untuk membantu
mengatasi permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya.
a. Mengembangkan komunikasi dua arah
Seorang guru
harus mengembangkan komunikasi dua arah untuk meningkatkan umpan balik dari siswa. Siswa tidak hanya mendengarkan namun juga memberikan respon dalam setiap
permasalahan yang diberikan seorang pendidik. Dengan demikian, peserta didik
akan terdorong untuk belajar mandiri, tidak tergantung kepada pendidik saja (Rangga, 2011, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
b. Menggeser peranan pendidik menjadi
fasilitator, informator, motivator, dan organisator.
Fasilitator
sebagai penyedia layanan misalnya memberikan kasus yang harus dipecahkan atau
didiskusikan. Informator sebagai pemberi informasi terkini yang berkaitan
dengan tujuan pembelajaran. Motivator sebagai pemberi motivasi kepada peserta
didik. Sedangkan
sebagai organisator, pendidik membimbing peserta didik menyelesaikan tahap-tahap pembelajaran yang telah
ada (Rangga, 2011, dalam Jurnal Ilmu
Pendidikan).ss.
c. Mengembangkan tujuan belajar menjadi
learning to know, learning to do, learning to life together, dan learning
to be.
Berbagai upaya
pengembangan dalam penerapan asas-asas pendidikan yang dilakukan oleh
pemerintah, antara lain:
1. Pembinaan guru dan tenaga
pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan
2. Pengembangan sarana dan prasarana
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi
3. Pengembangan kurikulum dan isi
pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta pengembangan
nilai-nilai budaya bangsa
4. Pengembangan buku ajar sesuai
dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan
budaya bangsa (Qym, 2009)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Asas-asas pokok dalam penyelenggaraan pendidikan ada tiga, yaitu:
1. Asas Tut Wuri
Handayani, bermakna bahwa setiap anak didik berhak mengatur dirinya sendiri dan guru tetap mempengaruhi dengan
memberi kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri dan tidak
terus-menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa
2. Asas belajar
sepanjang hayat, hanya dapat
diwujudkan apabila didasarkan pada pendapat bahwa peserta didik mau dan mampu
mandiri dalam belajar.
3. Asas
kemandirian dalam belajar, dapat
dikembangkan dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap
untuk membantu apabila diperlukan.
Penerapan
asas-asas pokok pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan
berpedoman kepada kebebasan dalam belajar sepanjang hayat yang bermuara kepada
kemandirian dalam belajar. Oleh karena itu, seorang pendidik perlu menyesuaikan
pendekatan yang digunakannya dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Sulo, La.
1990. Penelaah Kurikulum Sekolah.
Ujung Pandang: FIP IKIP Ujung
Pandang.
Tim Pembina MK Pengantar
Pendidikan. 2008. Bahan Ajar Pengantar
Pendidikan. Padang: FIP UNP.
Tirtarahardja,
Umar dan La Sulo. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Arga, Ugik Ghandes dkk. 2011. “Landasan dan Asas-asas Pendidikan serta Penerapannya”.
Jurnal Ilmu
Pendidikan, (Online), (http://pockcoro.blogspot.com/2011/04/landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta.html/, diakses pada 28
Februari 2012).
Hartoto. 2008. “Landasan dan Asas-asas Pendidikan serta Penerapannya”. Jurnal
Ilmu Pendidikan, (Online),
(http://fatamorghana. wordpress. com/2008/07/12/bab-iii-landasan-danasas-asas-pendidikan-serta-penerapannya, diakses 07
Oktober 2010).
Rangga. 2011. “Konsep Pendidikan”. Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online),
(http://rangga19. web. id/ konsep-pendidikan. html/, diakses pada 28 Februari 2012).
Qym. 2009. “Asas-asas
Pendidikan dan Penerapannya”. Jurnal Ilmu
Pendidikan, (Online),
(http://qym7882.blogspot.com/2009/03/asas-asas-pendidikan-dan-penerapannya.html/, diakses pada 28
Februari 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar